Profil Desa Grantung

Ketahui informasi secara rinci Desa Grantung mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Grantung

Tentang Kami

Profil Desa Grantung, Kecamatan Bayan, Purworejo. Jelajahi sinergi unik antara sektor pertanian yang subur dan industri batu bata merah tradisional yang telah lama menjadi penopang utama perekonomian lokal, lengkap dengan data demografi dan potensi desa.

  • Ekonomi Ganda

    Perekonomian Desa Grantung ditopang oleh dua pilar yang berjalan seimbang: sektor pertanian sebagai lumbung pangan dan industri pembuatan batu bata merah sebagai sumber pendapatan non-agraris yang signifikan.

  • Sentra Industri Batu Bata Merah

    Desa ini dikenal sebagai salah satu sentra perajin batu bata merah berkualitas di wilayah Kecamatan Bayan, di mana keahlian ini diwariskan secara turun-temurun dan menyerap banyak tenaga kerja lokal.

  • Ketahanan Komunitas Agraris

    Di tengah geliat industri, masyarakat Grantung tetap mempertahankan identitas agrarisnya yang kuat, dengan lahan persawahan produktif yang menjamin ketahanan pangan dan keseimbangan ekosistem desa.

XM Broker

PURWOREJO, 27 AGUSTUS 2025 – Terletak di lanskap agraris Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Desa Grantung menampilkan sebuah model ekonomi perdesaan yang unik dan tangguh. Berbeda dari desa-desa tetangganya yang mayoritas hanya mengandalkan pertanian, Grantung berhasil membangun perekonomian di atas dua pilar yang sama kuat: kesuburan tanahnya untuk pertanian pangan dan kualitas tanah liatnya untuk industri batu bata merah tradisional. Sinergi ini menciptakan sebuah ekosistem ekonomi yang dinamis dan memberikan ketahanan berlapis bagi warganya.

Tinjauan Geografis dan Kondisi Lahan

Secara administratif, Desa Grantung merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini menempati lahan seluas sekitar 123 hektare (1,23 km²), menurut data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) Purworejo. Topografinya berupa dataran rendah yang subur, kondisi ideal yang mendukung aktivitas pertanian, terutama padi sawah. Namun keunikan Grantung terletak pada kandungan tanahnya yang juga kaya akan material tanah liat berkualitas, bahan baku utama industri batu bata.Secara kewilayahan, Desa Grantung memiliki batas-batas administratif sebagai berikut:

  • Berbatasan dengan Desa Tanjungrejo

  • Berbatasan dengan Desa Pekutan

  • Berbatasan dengan Desa Tangkisan dan Desa Jatingarang

  • Berbatasan dengan Desa Dewi

Lokasinya yang terhubung dengan baik ke jalan-jalan utama kecamatan mempermudah proses distribusi, baik untuk hasil panen pertanian maupun untuk pengangkutan batu bata merah ke berbagai proyek pembangunan di sekitar Purworejo.

Demografi dan Struktur Mata Pencaharian

Berdasarkan proyeksi data kependudukan tahun 2025, Desa Grantung dihuni oleh sekitar 2.450 jiwa. Dengan luas wilayah 1,23 km², tingkat kepadatan penduduknya mencapai sekitar 1.992 jiwa per km². Angka ini mencerminkan sebuah komunitas yang cukup padat dengan interaksi sosial yang tinggi.Struktur mata pencaharian penduduk Desa Grantung menunjukkan dualisme ekonomi yang jelas. Sebagian besar warga masih menggantungkan hidup pada sektor pertanian sebagai petani pemilik lahan, penggarap, atau buruh tani. Namun, terdapat pula porsi signifikan warga yang berprofesi sebagai perajin atau buruh di industri pembuatan batu bata merah. Profesi lainnya meliputi pedagang, aparatur sipil negara (ASN) dan karyawan swasta, yang melengkapi keragaman sosial ekonomi desa. Pola kerja ini seringkali bersifat komplementer; banyak keluarga petani yang juga terlibat dalam usaha batu bata saat musim tanam telah usai.

Dua Pilar Ekonomi: Pertanian dan Industri Batu Bata

Perekonomian Desa Grantung berdiri kokoh di atas dua fondasi yang saling menopang. Keduanya memanfaatkan potensi sumber daya alam utama desa, yaitu tanah.Di satu sisi, sektor pertanian tetap menjadi jiwa dari desa ini. Hamparan sawah yang membentang luas dikelola dengan sistem irigasi teknis, memungkinkan para petani untuk panen padi dua hingga tiga kali setahun. Hasil panen padi tidak hanya mencukupi kebutuhan konsumsi lokal tetapi juga menjadi komoditas yang dijual ke pasar regional. Selain padi, lahan tegalan dimanfaatkan untuk menanam palawija seperti jagung dan singkong, serta berbagai jenis sayuran untuk konsumsi harian. Sektor peternakan skala rumah tangga juga menjadi pelengkap, menyediakan sumber protein dan pupuk organik.Di sisi lain, industri batu bata merah telah menjadi ciri khas dan mesin ekonomi non-agraris yang vital bagi Grantung. Di berbagai sudut desa, dapat ditemui tobong (tempat pembakaran batu bata) dan area penjemuran yang menjadi bukti geliat industri ini. "Kualitas tanah liat di sini sangat baik, membuat batu bata dari Grantung dikenal lebih padat dan kuat," jelas seorang perajin senior di desa tersebut. Proses produksi masih banyak dilakukan secara tradisional, mulai dari penggalian tanah liat, pencetakan manual, penjemuran dengan sinar matahari, hingga pembakaran menggunakan kayu atau sekam padi. Industri padat karya ini mampu menyerap banyak tenaga kerja dan memberikan sumber pendapatan alternatif yang stabil, terutama saat musim kemarau tiba.

Pembangunan Infrastruktur Penunjang Ekonomi Lokal

Pemerintah Desa Grantung secara aktif memanfaatkan alokasi dana desa (DD) dan sumber pendapatan lainnya untuk membangun infrastruktur yang mendukung kedua pilar ekonomi tersebut. Prioritas utama ialah perbaikan dan pemeliharaan jalan. Jalan Usaha Tani (JUT) dibangun untuk mempermudah akses traktor dan pengangkutan hasil panen, sementara jalan desa yang lebih lebar diperkeras untuk menahan beban truk pengangkut batu bata.Fasilitas publik lainnya juga terus ditingkatkan. Balai desa berfungsi sebagai pusat administrasi dan kegiatan masyarakat. Fasilitas pendidikan seperti Sekolah Dasar dan PAUD memastikan akses pendidikan dasar bagi anak-anak. Sarana ibadah seperti masjid dan mushola terawat dengan baik dan menjadi pusat kehidupan spiritual dan sosial warga. Jaringan listrik dan telekomunikasi yang telah menjangkau seluruh wilayah desa juga memainkan peran penting dalam mendukung aktivitas ekonomi dan sosial.

Kehidupan Sosial dan Dinamika Komunitas

Masyarakat Desa Grantung dikenal memiliki semangat kebersamaan dan kerja keras. Tradisi gotong royong masih hidup dan diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari membantu sesama saat panen, memperbaiki fasilitas umum, hingga prosesi hajatan atau upacara adat. Kehidupan yang bertumpu pada dua sektor kerja yang berbeda—pertanian yang terikat musim dan industri batu bata yang lebih fleksibel—menciptakan ritme kehidupan yang unik dan dinamis.Kegiatan keagamaan dan budaya rutin diselenggarakan dan menjadi ajang silaturahmi yang mempererat ikatan antarwarga. Solidaritas sosial yang tinggi ini menjadi modal utama dalam menghadapi berbagai tantangan dan menyukseskan program-program pembangunan desa.

Tantangan dan Peluang di Persimpangan Dua Industri

Meskipun memiliki fondasi ekonomi yang kuat, Desa Grantung dihadapkan pada sejumlah tantangan. Dari sisi industri batu bata, isu lingkungan terkait asap dari proses pembakaran dan dampak penggalian tanah liat menjadi perhatian yang perlu dikelola. Selain itu, persaingan dengan material bangunan modern seperti bata ringan (hebel) menuntut para perajin untuk terus menjaga kualitas dan efisiensi produksi. Regenerasi tenaga kerja di kedua sektor juga menjadi tantangan, baik di pertanian maupun di industri batu bata yang menuntut kerja fisik berat.Namun, peluang untuk pengembangan di masa depan sangat terbuka. Di sektor industri, terdapat peluang untuk inovasi teknologi pembakaran yang lebih ramah lingkungan dan efisien. Standardisasi ukuran dan kualitas batu bata dapat meningkatkan daya saing dan nilai jual produk. Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dapat dioptimalkan untuk menjadi koordinator pemasaran atau penyedia bahan baku secara kolektif.Di sektor pertanian, diversifikasi produk olahan pascapanen dapat menjadi sumber pendapatan baru. Sinergi antara kedua sektor juga bisa dieksplorasi, misalnya pemanfaatan limbah pertanian (sekam) sebagai bahan bakar alternatif untuk pembakaran batu bata.

Penutup

Desa Grantung, Kecamatan Bayan, adalah sebuah contoh nyata bagaimana sebuah komunitas perdesaan mampu beradaptasi dan berinovasi dengan memaksimalkan potensi sumber daya alam yang dimilikinya. Dengan menyeimbangkan kekuatan sektor pertanian sebagai penjamin ketahanan pangan dan industri batu bata sebagai motor ekonomi non-agraris, Grantung telah membangun model pembangunan yang tangguh dan berkelanjutan. Ke depan, kemampuan desa ini untuk memodernisasi kedua sektornya seraya menjaga kelestarian lingkungan akan menjadi kunci utama untuk mencapai kesejahteraan yang lebih merata dan abadi.